XtGem Forum catalog

elhakeem


TRADISI MENANGIS


>>)§(<<


Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?
Yang membuat kamu tertawa dan tidak membuat kamu menangis
.
.::QS An Najm 59-60::.
Kita ingin menghidupkan kembali tradisi menangis.
Saya akan bacakan beberapa hadits Nabi Muhammad SAW tentang keutamaan menangis.
Dalam bahasa Arab, menangis disebut buka' dan tangisan atau tetesan air mata ketika menangis disebut 'abarat.
Dalam hadits-hadits Nabi, kita akan temukan bahwa Nabi menganjurkan kita untuk memperbanyak tangisan dan mengurangi tertawa.
Hadits-hadits berikut tentang keutamaan menangis ini dapat kita baca di Kitab "Kanzul 'Umal".
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh beberapa orang sahabat diceritakan bahwa suatu hari Rasulullah SAW membaca bagian akhir surat az Zumar,
"Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahanam berombong-rombongan"
.::QS Az Zumar 71::.
Orang-orang Anshar yang mendengarnya menangis.
Semua terisak-isak kecuali seorang pemuda di antara mereka.
Pemuda itu berkata,
"Ya Rasulullah, tidak menangis dari air mataku satu tetes pun.
Namun sebetulnya hati saya menangis.
Saya ingin menangis tapi tidak keluar tetesan airmata
."
Lalu Rasulullah SAW bersabda,
"Jika orang tak bisa meneteskan air mata tapi hatinya berduka cita, maka bagi dia surga".
Diriwayatkan oleh
Ibn Jarir dari Abu Dzar al Ghifari;
Rasulullah bersabda,
"Akan aku bacakan kepada kalian surat At Takàtsur.
Siapa yang menangis mendengar surat At Takàtsur, baginya surga.
Siapa juga yang merasakan kesedihan dalam hatinya, walaupun air matanya tidak keluar, baginya surga
."
Dalam surat At Takàtsur Allah memberikan peringatan kepada kita,
"Bermegah-megahan telah melalaikan kamu Sampai kamu masuk ke dalam kubur"
.:QS At Takatsur 1-2:.
Masih dalam hadits dari Abu Dzar al Ghifari;
Rasulullah SAW bersabda,
"Kalau salah seorang diantara kamu sanggup menangis, jangan tahan tangisan itu.
Kalau tidak mampu menangis, rasakan didalam hatimu seluruh penderitaan itu.
Berusahalah untuk menangis.
Karena hati yang keras, dijauhkan dari Allah SWT
."
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk membiasakan menangis, untuk mengisi saat-saat keberagamaan kita dengan tangisan.
Suatu ketika, setelah Rasulullah SAW wafat, Siti A'isyah ditanya orang,
"Bagaimana perilaku Rasulullah SAW?"
Siti A'isyah menarik nafas panjang.
Lama beliau tidak berkata-kata dan air matanya menetes.
A'isyah berkata pendek,
"Kana kullu 'amrihi 'ajaba.
Semua tingkah laku Nabi itu indah
."
Orang yang bertanya tidak puas dan mendesak Siti A'isyah untuk memberitakan satu kejadian yang paling menakjubkan yang pernah A'isyah lihat.
Kemudian A'isyah bercerita:
Tengah malam, ketika aku sudah tertidur, Nabi terbangun.
Padahal kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku.
Nabi berkata,
"A'isyah, izinkan Aku menyembah Rabb ku"
Kemudian aku menjawab,
"Aku senang engkau dekat denganku tapi aku juga senang engkau beribadah kepada Rabb ku".
Setelah itu, Rasulullah memgambil "gharibah" air untuk berwudhu lalu Beliau berdiri.
Tidak lama sesudah beliau takbir, aku dengar beliau terisak-isak.
Dadanya berguncang dan terdengar suara bergemuruh seperti air yang mendidih.
Rasulullah terus menerus menangis sampai basah janggutnya dengan air mata.
Ketika azan shubuh dikumandangkan, Bilal memberitahu Nabi bahwa telah masuk waktu shubuh.
Saat itu Bilal masih melihat bekas-bekas tangisan Rasulullah SAW.
Bilal bertanya,
"Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan dosa-dosamu kemudian."
Lalu Rasulullah menjawab,
"Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah SWT?"
Ketika kita mengenang kehidupan Rasulullah beserta keluarganya, umumnya yang kita kenang adalah peristiwa-peristiwa indah.
Padahal kehidupan Rasulullah sejak kecil sampai beliau berjuang untuk Islam merupakan rangkaian musibah demi musibah, derita demi derita.
Rasulullah memberikan contoh kepada kita kemampuan yang kini hilang dari masyarakat modern, yaitu kemampuan empathy atau empatik.
Empathy adalah kemampuan kita untuk merasakan penderitaan orang lain.
Rasulullah adalah manusia yang paling empatik, paling mudah menangis melihat penderitaan orang lain.
Suatu hari seorang sahabat memberitahukan Rasulullah bahwa ada seorang sahabat lain yang anaknya sedang menghadapi "sakaratul maut".
Rasulullah datang dan memangku anak itu.
Dalam pangkuannya, anak itu bergetar menggigil karena demam yang parah.
Rasulullah meneteskan air matanya.
Seorang sahabat menegur Rasulullah.
Ia tidak mengerti mengapa Rasulullah menangis padahal anak itu anak orang lain.
Rasulullah menangis karena ia merasakan penderitaan anak itu.
Ketika Ibrahim, putra Rasulullah satu-satunya yang paling beliau cintai dan kasihi, meninggal dunia.
Rasulullah menangis.
Seorang sahabat bertanya,
"Ya Rasulullah, mengapa engkau menangis?"
Sahabat ini berpendapat menangisi jenazah adalah perbuatan tercela karena akan menyusahkan jenazah itu.
Rasulullah menjawab,
"Inilah tangisan kasih sayang."
Jika kita terjemahkan ke dalam bahasa modern.
Rasulullah berkata,
"Inilah tangisan empatik."
Tangisan yang muncul karena kemampuan merasakan penderitaan.
Dari situlah lahir kasih sayang.


Sumber tulisan:
"Meraih Cinta Ilahi"
Pencerahan
Sufistik
Buah Karya:

Jalaluddin Rakhmat


>>)§(<<


back to home


elhakeem.xtgem.com